Wednesday, December 7, 2016

Identifikasi Perubahan Penggunaan Lahan dengan Sistem Informasi Geografi

Pemantauan perubahan penggunaan lahan yang sangat penting unuk perencanaan pola pemanfaatan ruang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan berbagai macam kemudahan dalam berbagai hal termasuk dalam pemantauan perubahan penggunaan lahan yang kini dapat dilakukan secara digital menggunakan teknologi penginderaan jauh (remote sensing) yang kemudian diolah dengan perangkat Sistem Informasi Geografis (SIG).

Penggunaan lahan suatu wilayah sifatnya dinamis  sesuai kebutuhan dan perkembangan peradaban manusia. Higga saat ini banyak terjadi penyalahgunaan penggunaan lahan akibat alasan ekonomi.  Perubahan guna lahan akan menghasilkan suatu fungsi lahan dan disaat bersamaan akan mengorbankan fungsi lain sebagai contoh fungsi lahan sebagai daerah resapan (non terbangun) berubah menjadi lahan terbangun baik permukiman ataupun komersial. Bentuk penggunaan lahan terjadi dalam dua bentuk yaitu perubahan dengan perluasan atas suatu penggunaan tertentu dan perubahan tanpa perluasan untuk penggunaan tertentu.

Perubahan penggunaan lahan ini dapat dimonitor secara periodik. Secara sederhana, yang dilakukan adalah dengan membandingkan peta penggunaan lahan di suatu lokasi pada waktu tertentu, dengan lokasi yang sama dengan waktu yang berbeda. Perubahan tersebut dapat dihitung baik dari segi luasan ataupun dari fungsi sehingga menghasilkan matriks perubahan lahan. Analisis perubahan fungsi lahan dapat dilakukan dengan teknologi sistem informasi geografi. Dalam hal ini, SIG dimaksudkan untuk mengekstraksi informasi penggunaan lahan disuatu wilayah dan melakukan perbandingan (komparasi) terhadap penggunaan lahan di periode yang berbeda. 

Modul analisis perubahan fungsi lahan dimaksudkan untuk memberikan pengalaman praktis secara sederhana bagi mahasiswa geografi khususnya untuk membuat matriks perubahan fungsi lahan di suatu wilayah, dalam kasus ini DAS Badung, Provinsi Bali. Dalam As-Syakur et.al (2010) disebutkan bahwa kondisi DAS Badung saat ini telah melampai daya dukungnya akibat tingginya jumlah penduduk dan minimnya resapan air di wilayah tersebut. Modul ini dibuat dari literatur yang sama dengan menambahkan prosedur sederhana dalam ArcGIS.

Untuk mendapatkan modul identifikasi perubahan penggunaan lahan klik disini.

Sunday, November 13, 2016

Aneka GPS Khusus Sepeda

Perangkat GPS saat ini telah cukup banyak diminati oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Bermula dari kebutuhan untuk menunjukkan lokasi suatu tempat, peran GPS hampir telah menggantikan peta cetak yang sebelumnya banyak digunakan ketika bepergian atau mencari posisi suatu tempat. Penggunaan GPS pun meluas dari kebutuhan survey, pengukuran, dan pemetaan menjadi alat untuk menunjukkan lokasi restoran, bioskop dan tempat wisata. Perangkat yang dapat dengan mudah diperoleh juga membantu anak-anak untuk belajar mengenai peta sejak dini dan efektivitasnya pemakaiannya pun semakin meningkat. Disisi lain, seiring dengan kemajuan teknologi juga mendorong para perusahaan untuk membuat perangkat GPS dengan berbagai bentuk dan ukuran yang bahkan dapat dipasang di mobil, motor dan bahkan sepeda.

Pengendara sepeda yang saat ini mulai banyak melengkapi sepedanya dengan berbagai aksesoris juga mulai melirik perangkat GPS sebagai alat penunjuk jalan. Bagi pengendara sepeda adventure / touring hingga menempuh jarak ratusan bahkan ribuan kilometer, perangkat GPS menjadi salahsatu alat yang perlu dipasang. Meskipun fasilitas handphone sebenarnya juga menyertakan aplikasi GPS didalamnya, namun banyak kelebihan yang dimiliki oleh perangkat GPS yang dikhususkan untuk sepeda Anda. Bagi sobat yang sedang mencari GPS untuk sepeda kesayangan, beberapa merk berikut barangkali bisa menjadi pilihan.

Garmin Edge 20
Selayaknya Toyota yang terkenal di dunia otomotif, Garmin merupakan brand yang fokus pada pengembangan perangkat navigasi. Brand ini sudah cukup dikenal luas bagi para surveyor, ahli peta ataupun orang-orang yang bergerak di dunia pemetaan. Garmin memiliki pasar yang luas di seluruh penjuru dunia dan merupakan penghasil perangkat yang dikenal memiliki ketahanan luar biasa.


Garmin seri Edge 20 merupakan seri yang dibuat untuk pengendara sepeda. Berbagai menu lengkap disertakan untuk mendukung kebutuhan dalam berkendara termasuk jarak, kecepatan, ketinggian juga terdapat gelang untuk mengukur denyut jantung dan kekuatan rata-rata. 7 tombol yang dimiliki GPS ini dapat digunakan untuk pengoperasiannya. Meskipun masih belum menggunakan layar touchscreen, namun ada menu menarik yakni bluetooth yang dapat dihubungkan dengan perangkat handphone sehingga dapat menampilkan notifikasi untuk SMS dan telepon. Peta yang ditampilkan dapat disetting arahnya dan tampil dengan layar berwarna. Adapun koneksi data juga dapat menggunakan kabel USB.  Perangkat ini dijual seharga $299 dan akan memberikan pengalaman berkendara yang luar biasa. Detail mengenai perangkat ini dapat dilihat disini
  • Navigasi: Sangat baik, dengan turn-by-turn directions, color mapping dan fitur back-to-start
  • Training data: Speed, altitude, power, heart rate, cadence, calories, gears (for electronic drivetrains), distance, time, temperature, sunset time, workout counters and more
  • Konektivitas: USB, Bluetooth
  • Kompabilitas: ANT+, Shimano Di2, SRAM eTap
  • Ukuran: 1.9in (49mm) x 2.9in (73mm) 
  • Ukuran layar: 1.4in (35mm) x 1.9in (47mm), 200 x 265 pixels,berwarna

Mio - Cyclo 505HC
Cyclo505HC sangat cocok bagi Anda yang hobi menjelajah. Kemampuannya untuk mengukur kekuatan, denyut jantung dan kombinasi training tool memberikan informasi yang penting mengenai latihan dan daya tubuh Anda. Namun demikian, fungsi peta dan penunjuk lokasi pastilah ada. Dilengkapi dengan Bluetooth 4.0 perangkat ini dapat terhubung langsung dengan telepon genggam, PC dan bahkan perangkat komunikasi lainnya. Anda harus merogoh kocek sebesar $429 untuk mendapatkan perangkat ini, namun dengan fitur yang cukup lengkap dan ukuran layar yang lebih lebar, mengapa tidak. Detail perangkat dapat dilihat disini
  • Navigasi: Sangat mudah dengan dilengkapi fitur 'surprise me'. Dapat mengarhkan langsung ke arah yang ingin dituju atau mengikuti ruter yang telah diunggah sebelumnya.
  • Training data: Speed, altitude, power, heart rate, cadence, calories, gears (untuk perangkat drivetrain elektronik), distance, time, temperature, rencana latihan dsb
  • Konektivitas: USB, Bluetooth, Wi-Fi
  • Kompabilitas: ANT+, Shimano Di2, SRAM eTap
  • Ukuran: 61 x 103mm
  • Ukuran layar: 240 x 400 pixels, touchscreen colour
Cateye Stealth 10
Barangkali tipe ini menjadi pilihan Anda karena fungsi dasar yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari namun juga tidak menutup kemungkinan bagi Anda yang menjelajah antar pulau dengan sepeda Anda. Desain dan tampilan Stealth 10 memang sederhana dengan menu latihan ringan dilengkapi dengan pendeteksi jarak, kecepatan, dan GPS tentunya. Waktu tempuh dan penyimpanan data hingga 60 jam juga disertakan bagi Anda. Fitur lain termasuk full-time backlight, auto-stop/start dan odometer. Perangkat ini tahan air, dan baterainya dapat di-charge dengan colokan model USB. CatEye Stealth 10 dijual dengan harga $149.99 dan siap untuk Anda miliki. Fitur lengkapnya dapat dilihat disini




Friday, November 11, 2016

Cara Merubah Koordinat Geografis ke UTM

Koordinat dalam peta menjadi sangat fundamental khususnya saat melakukan pengolahan data spasial. Tak jarang peta mengalami overlap atau bergeser saat koordinat yang digunakan berbeda meskipun pada areal yang sama. Pada saat melakukan overlay peta, terkadang dua data atau lebih harus dalam posisi yang tepat. Sehingga, hal yang mesti dilakukan adalah dengan menyamakan sistem koordinatnya.

Diantara beberapa jenis sistem koordinat yang sering digunakan dan dijumpai dalam data spasial yakni koordinat geografis dan koordinat UTM. Kedua koordinat ini banyak digunakan karena kemudahan dan akurasinya dalam pemetaan. Namun demikian, kedua jenis sistem koordinat ini memiliki referensi yang berbeda, sehingga bila satu lokasi semisal Banjarnegara namun satu data menggunakan decimal degree (lintang bujur) dan satu lagi menggunakan UTM maka keduanya tidak dapat dioverlay sebelum kedua data disamakan sistem koordinatnya.

Pengolahan sistem koordinat akan dapat dengan mudah dilakukan di ArcGIS dengan memanfaatkan fitur projection utility, sehingga transformasi sistem koordinat dapat dengan mudah dilakukan. Namun, cara lain yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan software. Beberapa software gratis konverter koordinat bisa diunduh dan dapat digunakan secara bebas.

1. UTM Converter
UTM Converter merupakan software mungil yang dapat digunakan untuk mentransformasikan koordinat dari geografis ke UTM ataupun sebaliknya. So, buat kalian yang menginginkan bisa mengunduhnya disini.

2. Converter online
Konverter online dapat dengan mudah diperoleh di internet. Salahsatunya yang berasal dari Indonesia. Yogantara.info memberikan kemudahan bagi para pengguna untuk bisa melakukan konversi koordinat secara online dengan tampilan yang sangat mudah. Program sederhana tersebut dapat dipakai untuk membaca dan mengkonversi / transformasi koordinat desimal lintang bujur, derajat menit detik dan UTM. Dilengkapi dengan geocoder untuk mendapatkan nama / alamat lokasi dari data koordinat GPS / UTM atau sebaliknya dan informasi lokasi pada peta Google Map.

3. Konverter dari University of Wisconsin - Green Bay
Tidak jauh berbeda dengan konverter online lainnya. Konverter yang dibuat oleh UWGB dapat dengan mudah digunakan hanya dengan mengisikan koordinat pada kolom yang telah disediakan. Anda dapat mengaksesnya melalui link disini.







Wednesday, November 9, 2016

Membuat Peta Kemiringan Lereng Dengan SIG

Kondisi topografi lahan memiliki pengaruh penting dalam penentuan fungsinya. Salah satu aspek yang mudah dilihat yakni kemiringan lereng. Kemiringan lereng digunakan oleh banyak geograf sebagai salahsatu parameter dalam menyusun peta satuan lahan. Hal ini dikarenakan karena peran yang cukup besar dari kemiringan lereng dalam proses hidrologi permukaan. Aliran horton (hortonian overflow) pada lahan terbuka menjadi acuan dalam penentuan kondisi geografis lokasi tersebut.

Banyak sekali cara yang bisa dilakukan untuk membuat peta kemiringan lereng. Pada zaman dahulu dilakukan deliniasi berdasarkan hasil survey lapangan. Selanjutnya berkembang pemanfaatan foto udara yang diinterpretasi dengan bantuan alat slopemeter, perhitungan kemiringan lereng pada peta topografi, hingga menggunakan model elevasi dijital (DEM). Peran Sistem Informasi Geografi dalam hal ini menjadi sangat vital khusunya dalam pengolahan data vektor ketinggian baik berupa titik, atau garis kontur untuk ditransformasikan menjadi peta kemiringan lereng dengan format vektor. Disisi lain data citra satelit sangat banyak membantu dalam proses analisisnya.

ArcGIS saat ini menyediakan menu 3D analyst yang menjadi tools utama dalam pengolahan data ketinggian untuk selanjutnya diubah menjadi peta kemiringan lereng dengan klasifikasi yang ditentukan. Data mentah yang biasa dibutuhkan adalah informasi titik ketinggian atau kontur yang terdapat pada peta topografi (RBI). Namun, beberapa insinyur juga menggunakan data hasil pengukuran teodolith atau hasil survei lapangan  dan survey tanah sebagai input data.

Secara mendasar kenampakan visual pada kontur peta menunjukkan kemiringan terjal ketika konturnya rapat, dan semakin datar saat kontur yang ditunjukkan jaraknya renggang. Garis-garis tersebut menjadi dasar perhitungan persentase kemiringan lereng. Adapun kriteria pembuatan kriteria dapat disesuaikan dengan panduan atau dasar yang digunakan sehingga hasil peta yang diperoleh dapat berbeda meskipun dengan input peta kontur yang sama.

Modul kemiringan lereng dapat diunduh disini

Monday, October 31, 2016

Disini Download SHP Batas Desa Gratis

Kebutuhan data spasial untuk berbagai keperluan saat ini dapat dengan mudah diakses di laman http://tanahair.indonesia.go.id atau dikenal dengan InaGeoportal. Sejak tahun 2011 Badan Informasi Geospasial telah mengembangkan platform ini dan telah banyak membantu berbagai pihak dalam peningkatan kualitas data spasial di daerahnya. Akses informasi yang sebelumnya sulit dijangkau dan terkesan mahal saat ini telah berubah menjadi lebih mudah. Pengguna yang sebelumnya harus melakukan pembelian peta hardcopy untuk kemudian dilakukan dijitasi ulang sekarang dapat bernafas lega dan mengalokasikan tenaganya untuk kepentingan lainnya, seperti untuk media pembelajaran.

Peta InaGeoportal menyediakan fasilitas peta dengan berbagai macam skala mulai dari peta RBI skala 1:25.000, 1:50.000, dan telah mengcover hampir sebagian besar wilayah tanah air. Namun, untuk kemudahan saat ini laboratorium SIG UMP memberikan link untuk batas administrasi desa bagi seluruh wilayah di Indonesia dengan total sebanyak 66.291 desa/kelurahan. Data ini tidak bisa dibilang baru, karena pada tahun 2015 total wilayah administrasi desa telah mencapai lebih dari 75.000 desa dan 6.000 kelurahan. Namun demikian, setidaknya data ini dapat digunakan sebagai data indikatif untuk kebutuhan pemetaan tematik termasuk untuk bidang kesehatan. Untuk mendapatkan data batas administrasi desa, silahkan download disini.

Adapun software untuk mengunduh citra satelit resolusi tinggi gratis Google dengan  dapat diunduh disini.

Thursday, October 20, 2016

Tanah di Mata Seorang Geograf

Tanah sebagai salahsatu kajian geografi mempunyai tempat tersendiri karena berkaitan dengan banyak aspek kehidupan. Pemaknaan tanah pun sangat beragam sesuai dengan kepentingan, dan keperluan yang melatarbelakanginya. Dari aspek bahasa, tanah sering disamakan dengan soil sedangkan lahan disejajarkan dengan kata land dalam Bahasa Inggris. Apabila kita merujuk pada kamus Bahasa Inggris (www.dictionary.com) makna soil dan land tidaklah sama. Dalam bentuk kata benda, soil diartikan menjadi 6 makna : (1) bagian dari permukaan bumi tersusun atas disintegrasi batuan dan humus, (2) bagian dari bumi, tanah berpasir, (3) daratan tempat bercocok tanam, tanah subur, (4) satu Negara, lahan atau wilayah, (5) permukaan bumi, dan (6) setiap tempat atau kondisi yang menyediakan kesempatan tumbuh atau perkembangan. Land sebagai kata benda diartikan dalam 12 makna, di antaranya adalah (1) bagian dari permukaan bumi yang tidak tertutup oleh tubuh air; benua dan pulau, (2) satu luasan permukaan bumi yang bereferensi dengan susunan alami, (3) satu luasan permukaan bumi dengan batasan tertentu, membeli land untuk membangun rumah, (4) memiliki dasar hukum, properti, (5) factor produksi dalam ekonomi, (6) bagian permukaan bumi dengan batas alami maupun pilitik, satu region atau negara, (7) dan lain-lain. Dari penjelasan makna soil dan land, dapat diterjemahkan bahwa soil terkait dengan fisik bumi (material), tanaman (bercocok tanam), sedangkan land lebih berkait dengan luasan, legal basis, ekonomi, politik. Dengan demikian, land memiliki makna yang lebih luas dari pada soil.

Tanah memiliki empat pengertian diantaranya sebagai berikut; pertama tanah adalah sebagai tempat tumbuh tanaman atau pedon (memiliki arti sepadan dengan soil). Kedua adalah sebagai bahan hancuran berasal dari bahan induk (regolith). Makna kata tanah ketiga adalah lahan atau land yang diartikan sebagai ruang dipermukaan bumi sebagai tempat beraktifitas. Dan yang terakhir adalah seperti terkandung dalam UUD 1945 maupun Undang-Undang Pokok Agraria (UU Nomor 5 Tahun 1960) yakni sumberdaya agraria (kadang disebut juga sumberdaya agraris, agrarian resources). Tanah dalam pengertian agraria mencakup tanah (lahan), air dan angkasa sepanjang terkait dengan pengunaan lahan. Tanah sebagai agraria memiliki kesatuan multidimensi yakni fisik, kimia, biologi, sosial, ekonomi, politik dan magis-religius.

Tanah mempunyai banyak manfaat dalam kehidupan. Manfaat paling umum dari tanah adalah sebagai media tumbuh tumbuhan/tanaman. Sebagai media tumbuh, tentu saja tanah memiliki syarat dan ketentuan berlaku yang harus dipenuhi. Beberapa manfaat lain dari tanah adalah sebagai berikut.
  • Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran
  • Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara)
  • Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh: hormon, vitamin, dan asam-asam organik; antibiotik dan toksin anti hama; enzim yang dapat meningkatkan kesediaan hara) 
Dari peranan penting tanah yang di sebutkan di atas kita harus memahami arti penting tentang tanah. Tanah adalah sebagai tempat tumbuhnya dan peyedia kebutuhan tanaman , dan memiliki peranan dalam penyerapan karbon di udara. Jutaan ton karbon diserap tanah dan diubah menjadi energi bagi tanaman melalui proses kimiawi yang kompleks. Inilah mengapa beberapa ilmuwan menyebut tanah sebagai laboratorium kimia terbesar di dunia. Materi geografi tanah yang disampaikan pada setengah semester perkuliahan dapat diakses pada tautan berikut sedangkan setelah UTS dapat mengakses tautan berikut. Jangan lupa tinggalkan komentar agar kegiatan transfer pembelajaran dapat termonitor.

Monday, October 10, 2016

Memupuk Nasionalisme Melalui Geografi

Sebagai negara kepulauan, Indonesia merupakan salah satu negara dengan wilayah teritorial terbesar di dunia. Sebanyak 13.466 pulau yang tersebar dari sebelah barat hingga timur dengan ribuan dialek bahasa lokal menunjukkan keragaman budaya yang kaya dan mengharuskan kita untuk melestarikannya. Bentuk kecintaan terhadap bangsa harus diwujudkan dalam bentuk nyata tidak hanya sebatas slogan dan simbol semata. Berbagai konflik di tengah masyarakat yang muncul karena perbedaan sebenarnya dapat disatukan atas dasar rasa nasionalisme dan kebersamaan sebagai masyarakat sebangsa setanah air. Memupuk nasionalisme tentunya harus dilakukan secara konsisten sejak dini termasuk dalam bidang pendidikan.

Pendidikan geografi yang dimasukkan kedalam kurikulum nasional hakikatnya tidak hanya sekedar berfungsi untuk memberikan pemahaman mengenai fenomena geosfer yang terjadi di permukaan bumi, namun juga memberikan pemahaman mengenai kekayaan alam, budaya dan memupuk kecintaan terhadap bangsa dan negara. Peta sebagai media dalam pembelajaran geografi tampaknya perlu ditingkatkan pemanfaatannya oleh pendidik, guru, mahasiswa, ataupun masyarakat belajar. Dalam sebuah pernyataan Prof Suratman menegaskan bahwa saati ini jarang ditemui peta baik di sekolah maupun institusi pemerintahan sehingga sangat perlu membangun semangat nasionalisme melalui optimalisasi fungsi peta.

Merujuk pada kurikulum nasional, Kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan telah mendesain nilai karakter budaya bangsa termasuk nasionalisme pada setiap mata pelajaran dan pada setiap jenjang pendidikan. Prof. Enok Maryani menyatakan bahwa pengenalan berbagai informasi mengenai tempat tinggal umat manusia baik secara global ataupun nasional dapat diperoleh dalam geografi. Disaat yang bersamaan memupuk rasa cinta tanah air, persatuan dan kesatuan akan secara alami terjadi apabila seorang siswa memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai potensi dan permasalahan bangsa.

Disintegrasi atau pemisahan diri suatu kelompok masyarakat atau wilayah, seringkali dilatarbelakangi oleh permasalahan yang tidak tunggal. Berbagai rasa ketidakpuasan, ketidakadilan yang dirasakan, kecemburuan sosial, tidak meratanya pembangunan, miskomunikasi, peperangan dsb menjadi pemicu perpecahan. Disintegrasi bangsa sendiri dapat terjadi karena adanya konflik vertikal dan horisontal serta konflik komunal sebagai akibat tuntutan demokrasi yang melampaui batas, sikap primordialisme bernuansa SARA, konflik antar elit politik, dan lambatnya pemulihan sektor ekonomi, lemahnya penegakan hukum dan HAM serta kesiapan pelaksanaan OTDA (Tri Poetranto, 2002).

Permasalahan Klasik Pendidikan Geografi
Dalam banyak penelitian pendidikan disampaikan bahwa saat ini ilmu geografi seringkali dianggap tidak menarik dipelajari. Beberapa faktor yang melatarbelakangi diantaranya (1) pelajaran geografi seringkali terjebak pada aspek kognitif tingkat rendah yaitu menghafal nama-nama tempat, sungai dan gunung, atau sejumlah fakta lainnya; (2) Ilmu geografi seringkali dikaitkan ilmu yang hanya pembuatan peta; (3) Geografi hanya menggambarkan tentang perjalanan- perjalanan manusia di permukaan bumi; (4) proses pembelajaran ilmu geografi cenderung bersifat verbal; kurang melibatkan fakta-fakta aktual, tidak menggunakan media kongkrit dan teknologi mutakhir; (5) kurang aplikabel dalam memecahkan masalah-masalah yang berkembang saat ini (Maryani dalam Ali, 2006). Ketidakbermaknaan pendidikan geografi yang dalam prakteknya berorientasi pada pemahaman bersifat kognitif dilatar belakangi oleh (1) tidak pahamnya tujuan dan hakikat pembelajaran geografi, (2) keterbatasan mengaplikasikan media pendidikan yang relevan termasuk internet dan SIG; (3) kualitas pembelajaran yang rendah akibat dari rendahnya kualitas guru seperti kurangnya kreativtas, wawasan keilmuan rendah, kurang peka terhadap masalah lingkungan, keterbatasan mengakses media informasi, tidak relevannya antara mata ajar dan keahlian guru, terlalu berorientasi pada pencapaian materi dan sebagainya; (4) tidak berorientasi pada pemecaham masalah actual yang terjadi di lingkungan.

Fungsi peta dalam geografi ini sejatinya merupakan alat untuk menurunkan geography illiteracy pada generasi muda khususnya siswa usia sekolah. Permasalahan yang terkait dengan fenomena sosial termasuk ketimpangan sosial, kemiskinan, migrasi yang tidak terkendali serta perkembangan politik negara-negara di suatu kawasan dapat dipandang sebagai obyek kajian geografi. Peran geografi dalam memahami permasalahan dalam negeri dan cara pandang dalam melihat peristiwa di mancanegara akan terbangun dengan pemahaman geografi yang tidak hanya berfokus pada aspek fisik seperti tanah, air dan udara. Geografi menawarkan pemahaman fungsi dan peran sebagai bangsa dalam tatanan kehidupan dunia.

Pemahaman mendasar ini tentu perlu dipahami oleh para pendidik, dan pemerintah dalam penyusunan kurikulum. Materi geografi yang bersifat deskriptif tersebut tentu harus disampaikan dengan cara yang baik agar tidak hanya membangun pengetahuan dan pemahaman kognitif, namun lambat laun membangun sikap dan karakter siswa untuk lebih terbuka, memahami perbedaan, dan dapat mengambil keputusan terhadap suatu kejadian yang terkait dengan bangsa dan negaranya.

Nasionalisme dan Peta
Indonesia sebagai negara yang kaya dengan potensi memerlukan pemahaman yang tepat dalam hal konsep pengembangannya. Sektor maritim yang harusnya menjadi bagian terbesar dalam pengembangan ekonomi, tentu harus diiringi dengan usaha-usaha nyata pada peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir yang cenderung termarginalkan dari segi kebijakan. Pemahaman mengenai batas negara yang perlu dicermati oleh seluruh elemen bangsa juga didukung dengan pemetaan batas administratif yang saat ini baru dimulai penataannya.

Peta akan menjadi senjata utama khususnya sebagai media pendidikan dalam mewujudkan generasi yan terdidik dengan semangat nasionalisme tinggi. Peta akan memberikan pemahaman integratif mengenai teritorial NKRI dan dapat mengenalkan lokasi pulau, distribusi penduduk, serta potensi sumberdaya Indonesia. Kecintaan akan tanah air tentu akan terbangun secara mendalam pada diri generasi muda yang telah mengenal wilayah negaranya dan segala hal didalamnya. Peta tidak hanya akan sekedar menjadi hiasan ataupun pajangan ketika digunakan dengan dilandasi nilai-nilai patriotik, dan semangat untuk membangun masa depan bangsa yang lebih baik.

Wednesday, October 5, 2016

Efektivitas Pembelajaran Sistem Informasi Geografi di Sekolah


Pembelajaran geografi di bangku sekolah telah diajarkan mulai dari tingkat dasar meskipun dalam bentuk terintegrasi dengan mata pelajaran lain. Geografi yang mempelajari fenomena-fenomena di permukaan bumi dan luas ini sebenarnya merupakan kajian yang cukup menarik, dan banyak terkait dengan ilmu-ilmu lain. Namun demikian, dalam penelitian Maryani (2006) dikemukakan bahwa saat ini pelajaran geografi masih dianggap sulit. Menurutnya ada beberapa faktor yang menyebabkannya, yaitu: (1) pelajaran geografi sering terjebak pada aspek kognitif yaitu menghafal nama-nama tempat, sungai dan gunung atau fakta-fakta lainnya; (2) ilmu geografi seringkali dikaitkan dengan ilmu yang hanya membuat peta; (3) geografi hanya menggambarkan perjalanan-perjalanan manusia di permukaan bumi; (4) proses pembelajaran ilmu geografi cenderung bersifat verbal, kurang melibatkan fakta-fakta aktual, kurang menggunakan media konkrit dan teknologi mutakhir; dan (5) kurang aplikabel dalam memecahkan masalah yang berkembang saat ini.

Kondisi tersebut mempengaruhi minat peserta didik untuk belajar geografi. Hasil penelitian terhadap 97 peserta didik di Bandung menunjukkan kecenderungan yang kurang memuaskan dari minat peserta didik terhadap mata pelajaran geografi (Setiawan, 2009). Peserta didik diminta untuk mengurutkan mata pelajaran yang disukai oleh mereka. Mata pelajaran geografi berada di peringkat ke-6 dari 13 mata pelajaran di sekolah. Hanya 5 peserta didik (5,2 %) dari 97 peserta didik yang menjadikan geografi sebagai mata pelajaran yang paling disukai.

Terbatasnya variasi metode dan pemanfaatan media pembelajaran di sekolah tentu akan membuat aktivitas pembelajaran geografi tidak berjalan secara optimal. Penggunaan metode ceramah secara terus menerus membuat pelajaran geografi cenderung bersifat verbalisme dan menjauhkan peserta didik dari dunia nyata yang ada di sekitarnya. Padahal salah satu tujuan pembelajaran geografi adalah membuat peserta didik memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang tempat dimana mereka tinggal. Liben (2008) mengemukakan bahwa sangat penting untuk membangun konsep penggambaran dan keruangan dasar dengan pertama kali menggunakan gambaran lingkungan yang dikenali dimana anak hidup dan bergerak seperti ruang kelas, lingkungan sekolah dan rumah, sebelum beralih pada gambaran lingkungan yang lebih luas dan jauh dan tidak dikenali oleh mereka.

Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan inovasi dalam pembelajaran geografi. Metode pembelajaran yang cenderung klasikal yang selama ini banyak dilakukan harus dipadukan dengan metode yang lebih memberikan ruang bagi peserta didik untuk mengembangkan potensinya. Peran guru lebih mendorong dan memotivasi peserta didik untuk mencari dan memanfaatkan berbagai sumber belajar. Pemanfaatan media pembelajaran berupa komputer dapat dijadikan salah satu sumber belajar yang efektif bagi peserta didik. Dalam kaitan tersebut, Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai sistem informasi berbasis spasial dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dan sumber belajar untuk mengenal dan memahami kondisi geografis atau lingkungan sekitar peserta didik.

Namun, keuntungan penggunaan SIG untuk pembelajaran tampaknya belum banyak dikembangkan di Indonesia. Materi SIG yang ada dalam kurikulum lebih cenderung mengenalkan SIG sebagai salah satu teknologi informasi, sehingga lebih banyak belajar tentang SIG (learning about GIS) bukan mengajar dengan menggunakan SIG (Teaching with GIS). Materi SIG ada di kelas XII yang kompetensinya adalah “Menganalisis pemanfaatan peta dan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk inventarisasi sumberdaya alam, perencanaan pembangunan, kesehatan lingkungan, dan mitigasi bencana”. Padahal dengan SIG sangat potensial untuk membantu meningkatkan pemahaman dan motivasi belajar peserta didik.

Penelitian tentang pemanfaatan SIG dalam pendidikan juga masih langka. Liu dan Zhu (2008) mengemukakan bahwa sedikit penelitian yang mengkaji tentang pembelajaran yang berbasis SIG dengan cara peserta didik dapat mengakses atau berinteraksi dengan informasi geografis, menyusun pendekatan belajarnya sendiri, mendorong kegiatan belajar antar mata pelajaran, membuat dan menginterpretasi berbagai representasi informasi geografis. Apa yang disampaikan oleh Liu juga tidak berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Bednarz (2004) yang mengemukakan komunitas peneliti pendidikan geografi belum memperoleh keyakinan tentang kepastian akan kontribusi SIG terhadap pembelajaran secara substantif. Mereka juga tidak bisa dengan tegas menyatakan bahwa SIG memiliki efek positif dalam mengembangkan kemampuan berpikir dan menganalisis spasial sebagai tujuan utama dalam pendidikan geografi.

Selain penelitian yang masih langka, ketersediaan perangkat lunak di pasaran yang khusus diaplikasikan dalam pendidikan juga masih langka, apalagi perangkat lunak SIG yang di dalamnya berisi basis data yang sesuai dengan kondisi lokal. Berdasarkan hasil penelitian Favier dan Van der Schee (2009) selain waktu yang tidak mencukupi untuk menerapkan SIG juga materi dalam basis data SIG yang tidak sesuai dengan tujuan dalam kurikulum dan perangkat lunak SIG yang dianggap rumit. Para guru, berdasarkan hasil penelitian Lam et al. (2009), berharap ada semacam kit pembelajaran berbasis SIG yang lebih user friendly, sehingga siap digunakan oleh para guru secara lebih mudah. Walaupun potensi SIG sangat besar dalam mendukung pembelajaran geografi di sekolah, namun sampai saat ini belum tersedia aplikasi SIG yang secara khusus ditujukan untuk memenuhi tuntutan kurikulum geografi di Indonesia. Apalagi aplikasi SIG yang dilengkapi dengan basis data lokal untuk pembelajaran geografi di Indonesia.

SIG berpotensi dikembangkan sebagai media pembelajaran, namun pengaruhnya terhadap motivasi dan prestasi belajar masih harus diuji lebih jauh. Hasil penelitian sebelumnya masih menunjukkan inkonsistensi. Beberapa penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif terhadap pembelajaran, sedangkan yang lainnya menunjukkan hasil sebaliknya. Berdasarkan hal tersebut, pengembangan aplikasi SIG sebagai media pembelajaran memerlukan pengujian atau validasi dalam kegiatan pembelajaran sesungguhnya

Maka dari itu perlu dilakukan kajian yang mendalam mengenai pembelajaran SIG yang dilakukan oleh guru saat ini, dan beberapa pengembangan yang dapat dilakukan untuk memberikan masukan agar SIG dapat masuk kedalam tingkatan pembelajaran yang lebih tinggi di masa yang mendatang.



Monday, October 3, 2016

Penerapan SIG dalam Pembelajaran. Mungkinkah?

Sistem Informasi Geografi tampaknya masih menjadi momok bagi guru-guru baik di tingkat SMP ataupun SMA hingga saat ini. Di banyak kasus, SIG ataupun penginderaan jauh hanya menjadi materi yang diajarkan sekenanya, sekedarnya atau bahkan dilewatkan begitu saja. Kondisi ini dilatarbelakangi oleh perubahan kurikulum di pendidikan menengah. Perubahan kurikulum dengan penambahan kedua materi tersebut memunculkan masalah bagi guru-guru yang lulus sebelum tahun 1994 karena dipastikan mereka tidak pernah mempelajari kedua materi tersebut. Dampak dari substansi SIG pada kurikulum 1994 dan 2004 adalah kurangnya penguasaan materi SIG, sehingga sejumlah guru mengaku hanya menyampaikan materi tersebut dengan memberikan konsep yang ada pada buku ajar dan kadang dilewati dengan hanya memberikan tugas kepada peserta didik.

Penerapan SIG dalam kelas sebenarnya dapat diantisipasi dengan perubahan model pembelajaran yang dapat mengkaitkan teknologi ini dalam pembelajaran. Dalam beberapa artikel dibawah, disebutkan bahwa penerapan SIG oleh guru di beberapa negara, ataupun kendala-kendala yang dihadapi oleh guru ini memberi gambaran mengenai secercah harapan dalam penerapan SIG di kelas-kelas kita. Peran pemerintah tentu saja diperlukan dalam menyiapkan infrastruktur yang mendukung pembelajaran berbasis teknologi, sehingga guru-guru dapat menggunakan fasilitas pembelajaran bersama siswa termasuk perangkat SIG yang memerlukan komputer dengan spesifikasi tertentu. Disisi lain kemampuan guru sebagai fasilitator tentu perlu ditingkatkan agar guru tidak hanya menyampaikan materi secara verbal, namun juga mengajak siswa belajar menggunakan SIG (learning with GIS) sebagai salah satu teknologi yang menjadi keunggulan geografi.

Guru geografi di masa depan tentu tidak hanya mempunyai tanggung jawab untuk mentransfer ilmu kepada siswa, namun juga mengembangkan model dalam rangka untuk meningkatkan keingin tahuan yang ada dalam diri siswa sehingga pembelajaran lebih kepada pembentukan karakter dan peningkatan kapasitas dalam diri siswa.

Beberapa artikel ilmiah berikut ini dapat digunakan sebagai pemantik untuk pengembangan pengetahuan SIG bagi guru geografi. (awn)
  1. Evaluating the Implementation and Effectiveness of GIS-Based Application in Secondary School Geography Lessons
  2. The Contribution of Geographic Information Systems (GIS) to Geography Education and Secondary School Students’ Attitudes Related to GIS
  3. Applying the GIS in school education: the experience of Japanese geography teachers
  4. The Implementation and Effectiveness of Geographic Information Systems Technology and Methods in Secondary Education
  5. Professional Development: Teachers Use of GIS to Enhance Student Learning





Wednesday, September 28, 2016

Arahan Pemanfaatan Fungsi Lahan dengan SIG

Penggunaan lahan (landuse) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi atau campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Land use merupakan manifestasi dari bentang lahan yang berasosiasi dengan bentang budaya di suatu wilayah. Perlunya pedoman dalam penentuan arahan fungsi lahan adalah dengan penataan ruang yang didasarkan atas kriteria fungsi utama kawasan, yakni fungsi lindung dan budidaya (UU No 26 tahun 2007). Pengelolaan lahan dimaksudkan agar di masa mendatang lahan dapat berfungsi optimal sebagai media pengatur tata air dan produksi (Kartasapoetra, 1995).


Peran SIG dalam memodelkan fenomena geosfer tentu sangat penting dalam hal ini. Pemodelan fungsi kawasan dapat dilakukan dengan fungsi-fungsi geoprocessing didalamnya dan data-data spasial yang dapat menggambarkan karakteristik wilayah tersebut. Arahan fungsi lahan dapat memberikan gambaran mengenai potensi dan pemanfaatan ruang, serta secara operasional berperan dalam penyusunan produk RTRW. Penilaian karakteristik lahan sebagai dasar penetapan dan pengaturan penggunaan lahan perlu dilakukan dalam menjaga kualitas lingkungan, dan memaksimalkan potensi yang ada sehingga pada akhirnya menjaga keberlangsungan lahan untuk kehidupan manusia.

Modul arahan pemanfaatan lahan diarahkan untuk mendorong kemampuan berpikir mahasiswa dalam membuat perencanaan dasar di suatu wilayah. Kriteria yang digunakan berdasarkan SK Menteri Pertanian no. 837 tahun 1980 serta no. 683 tahun 1981. Teknik overlay dan skoring akan menjadi skill dasar yang akan diterapkan oleh mahasiswa, sehingga kedepannya mahasiswa dapat melakukan kegiatan penelitian mengenai arahan fungsi pemanfaatan lahan di wilayah lain secara mandiri dan mengembangkan kriteria lain dari berbagai ahli. Untuk mempelajari modul ini gunakan tautan berikut ini.


Wednesday, September 21, 2016

Idrisi - Menginspirasi Dunia Lewat Peta


Al Idrisi
Pada awal kemunculannya Sistem Informasi Geografi banyak dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan barat yang biasanya digunakan untuk kepentingan militer. Selanjutnya, SIG banyak dimanfaatkan oleh berbagai kalangan sebagai alat untuk melakukan perencanaan, analisis dan identifikasi permasalahan-permasalahan keruangan. Ilmu geografi sebagai dasar analisis-analisis SIG sendiri telah jauh lebih dahulu berinteraksi dengan peta-peta buatan tangan dan perhitungan matematika didalamnya. Pada mulanya geografi berasal dari kata geo dan graphein. Geo adalah hubungannya dengan bumi, dan grafi berarti sebuah proses penulisan; sehingga geografi dapat didefinisikan sebagai penulisan tentang bumi. Star dan Estes (1990) dalam Sugandi (2008), menyebutkan bahwa biasanya geografi lebih terfokus pada hubungan manusia dengan tanah. Pada mulanya geografi menggunakan peta sebagai alat jelajah dan menggambarkan kenampakan permukaan bumi. Peta yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan map, berasal dari kata mappa yang berarti taplak atau kain penutup meja. Sebelum bangsa barat menggunakan peta, ilmuwan muslim yang bernama Abu Abdullah Muhammad bin Muhammad bin Abdullah bin Idris as-Sharif atau lebih dikenal dengan Al-Idrisi (1154 M) telah berhasil membuat peta bola bumi dengan bahan dasar perak yang menggambarkan enam benua dan dilengkapi jalur perdagangan, danau, sungai, kota-kota utama, daratan, serta pegunungan (Abdurrahman, 2013). Kemahiran al-Idrisi dalam ilmu pemetaan ini telah menarik perhatian Raja Roger II, hingga sebuah buku pun diterbitkan oleh Idrisi untuk dihadiahkan pada sang raja dengan judul Kitab ar-Rujari. Saat ini kita mengenal peta sebagai gambaran seluruh atau sebagian dari permukaan bumi yang diperkecil dalam sebuah bidang datar atau diproyeksikan dalam bentuk dua dimensi dengan skala tertentu.

Sosok Al Idrisi
 Al Idrisi sendiri oleh beberapa kalangan dikenal sebagai seorang botani yang lahir di Ceuta, Maroko pada tahun 1099 M. Al Idrisi menyelesaikan pendidikan di Cordoba dan selanjutnya melakukan perjalanan di Eropa Daratan. Sebagai sosok yang multi-talenta, Idrisi juga menjadi penyair dan penulis. Kecemerlangan Al Idrisi di bidang pemetaan inilah yang pada akhirnya membuatnya terkenal. Kedetailan informasi dari peta yang dihasilkan termasuk lokasi-lokasi kota besar, rute perdagangan, danau, sungai, serta garis-garis navigasi yang memudahkan para penjelajah untuk dapat menentukan arah. Kitab Nuzhat al-Mushtaq li Ikhtiraq al-Afaq, menjadi tulisan yang sangat terkenal dan menjadikannya salahsatu ilmuwan yang disegani di dunia. Bahkan, tulisan Al-Idrisi di bidang botani juga dikenal luas oleh para ilmuwan.
Peta Dunia Karya Idrisi
Peta-peta pada masa sebelumnya berisi sedikit informasi, sedangkan informasi mengenai garis pantai, pelabuhan, perairan hanya diketahui oleh para pelaut. Sedangkan, para informasi dari para penjelajah hanya sedikit dimasukkan ke dalam peta yang oleh pihak gereja cenderung mengandalkan tradisi dan cerita mitos. Hal ini yang menyebabkan Raja Roger II mengutus Idrisi untuk mengumpulkan dan mengevaluasi berbagai macam pengetahuan geografi yang ada, baik dari buku maupun pengamatan langsung lapangan. Selanjutnya mereka membuat gambaran mengenai permukaan bumi. Tujuan yang lebih bersifat saintifik ini yakni ingin menyuguhkan pengetahuan kontemporer mengenai bentuk fisik bumi. Idrisi dalam hal ini menjadi sekretaris dan bertugas mengumpulkan berbagai macam informasi mengenai dunia luar termasuk batas, iklim, jaringan jalan, sungai, dan garis pantai.

Pelayaran di wilayah-wilayah dengan informasi yang minim pun dilakukan. Para ahli gambar dan kartografer mendampingi pelayaran ini sehingga dapat memperoleh gambaran visual mengenai wilayah negara yang dikunjungi. Selama penelitian ini, Idrisi dan Roger membandingkan data, mengumpulkan fakta dari berbagai data termasuk mengeliminasi informasi yang tidak relevan. Butuh waktu selama 15 tahun hingga pada akhirnya penelitian tersebut selesai, dan untuk pertama kalinya Idrisi menginstuksikan untuk membuat peta dunia pada sebuah lempeng yang terbuat dari perak dengan diameter mencapai 80 inchi dan berat lebih dari 300 pon. Idrisi menerangkan bahwa lempengan ini merupakan gambaran dari bentuk permukaan bumi, yang diyakini berbentuk bulat dan diselimuti atmosfer. Bahkan setelah Roger meninggal pada usia 58 tahun, Idrisi melanjutkan pemetaan bersama Raja William dan menghasilkan peta lengkap pada tahun 1161 M.

Hal yang membedakan cara kerja Idrisi dengan ilmuwan Latin pada masa itu adalah metode saintifik yang dikembangkan Idrisi dalam pembuatan peta. Disisi lain, kekayaan informasi yang ada dalam peta tersebut. Metode yang dikembangkan Idrisi banyak dipuji ilmuwan-ilmuwan lain dan banyak menginspirasi para peneliti pada masa itu. Ilmu-ilmu matematika, astronomi juga berkembang dari proses pengamatan dan pengkajian secara mendalam.

Bagaimanapun saat peta telah menginspirasi para penjelajah tentunya akan membawa dampak terhadap alur perdagangan antar negara. Dan pada akhirnya manusia memahami bahwa bumi ini sangat sempit dan ditinggali oleh berbagai suku bangsa dengan keunikan budaya masing-masing.
(awn)