Wednesday, September 28, 2016

Arahan Pemanfaatan Fungsi Lahan dengan SIG

Penggunaan lahan (landuse) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi atau campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Land use merupakan manifestasi dari bentang lahan yang berasosiasi dengan bentang budaya di suatu wilayah. Perlunya pedoman dalam penentuan arahan fungsi lahan adalah dengan penataan ruang yang didasarkan atas kriteria fungsi utama kawasan, yakni fungsi lindung dan budidaya (UU No 26 tahun 2007). Pengelolaan lahan dimaksudkan agar di masa mendatang lahan dapat berfungsi optimal sebagai media pengatur tata air dan produksi (Kartasapoetra, 1995).


Peran SIG dalam memodelkan fenomena geosfer tentu sangat penting dalam hal ini. Pemodelan fungsi kawasan dapat dilakukan dengan fungsi-fungsi geoprocessing didalamnya dan data-data spasial yang dapat menggambarkan karakteristik wilayah tersebut. Arahan fungsi lahan dapat memberikan gambaran mengenai potensi dan pemanfaatan ruang, serta secara operasional berperan dalam penyusunan produk RTRW. Penilaian karakteristik lahan sebagai dasar penetapan dan pengaturan penggunaan lahan perlu dilakukan dalam menjaga kualitas lingkungan, dan memaksimalkan potensi yang ada sehingga pada akhirnya menjaga keberlangsungan lahan untuk kehidupan manusia.

Modul arahan pemanfaatan lahan diarahkan untuk mendorong kemampuan berpikir mahasiswa dalam membuat perencanaan dasar di suatu wilayah. Kriteria yang digunakan berdasarkan SK Menteri Pertanian no. 837 tahun 1980 serta no. 683 tahun 1981. Teknik overlay dan skoring akan menjadi skill dasar yang akan diterapkan oleh mahasiswa, sehingga kedepannya mahasiswa dapat melakukan kegiatan penelitian mengenai arahan fungsi pemanfaatan lahan di wilayah lain secara mandiri dan mengembangkan kriteria lain dari berbagai ahli. Untuk mempelajari modul ini gunakan tautan berikut ini.


Wednesday, September 21, 2016

Idrisi - Menginspirasi Dunia Lewat Peta


Al Idrisi
Pada awal kemunculannya Sistem Informasi Geografi banyak dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan barat yang biasanya digunakan untuk kepentingan militer. Selanjutnya, SIG banyak dimanfaatkan oleh berbagai kalangan sebagai alat untuk melakukan perencanaan, analisis dan identifikasi permasalahan-permasalahan keruangan. Ilmu geografi sebagai dasar analisis-analisis SIG sendiri telah jauh lebih dahulu berinteraksi dengan peta-peta buatan tangan dan perhitungan matematika didalamnya. Pada mulanya geografi berasal dari kata geo dan graphein. Geo adalah hubungannya dengan bumi, dan grafi berarti sebuah proses penulisan; sehingga geografi dapat didefinisikan sebagai penulisan tentang bumi. Star dan Estes (1990) dalam Sugandi (2008), menyebutkan bahwa biasanya geografi lebih terfokus pada hubungan manusia dengan tanah. Pada mulanya geografi menggunakan peta sebagai alat jelajah dan menggambarkan kenampakan permukaan bumi. Peta yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan map, berasal dari kata mappa yang berarti taplak atau kain penutup meja. Sebelum bangsa barat menggunakan peta, ilmuwan muslim yang bernama Abu Abdullah Muhammad bin Muhammad bin Abdullah bin Idris as-Sharif atau lebih dikenal dengan Al-Idrisi (1154 M) telah berhasil membuat peta bola bumi dengan bahan dasar perak yang menggambarkan enam benua dan dilengkapi jalur perdagangan, danau, sungai, kota-kota utama, daratan, serta pegunungan (Abdurrahman, 2013). Kemahiran al-Idrisi dalam ilmu pemetaan ini telah menarik perhatian Raja Roger II, hingga sebuah buku pun diterbitkan oleh Idrisi untuk dihadiahkan pada sang raja dengan judul Kitab ar-Rujari. Saat ini kita mengenal peta sebagai gambaran seluruh atau sebagian dari permukaan bumi yang diperkecil dalam sebuah bidang datar atau diproyeksikan dalam bentuk dua dimensi dengan skala tertentu.

Sosok Al Idrisi
 Al Idrisi sendiri oleh beberapa kalangan dikenal sebagai seorang botani yang lahir di Ceuta, Maroko pada tahun 1099 M. Al Idrisi menyelesaikan pendidikan di Cordoba dan selanjutnya melakukan perjalanan di Eropa Daratan. Sebagai sosok yang multi-talenta, Idrisi juga menjadi penyair dan penulis. Kecemerlangan Al Idrisi di bidang pemetaan inilah yang pada akhirnya membuatnya terkenal. Kedetailan informasi dari peta yang dihasilkan termasuk lokasi-lokasi kota besar, rute perdagangan, danau, sungai, serta garis-garis navigasi yang memudahkan para penjelajah untuk dapat menentukan arah. Kitab Nuzhat al-Mushtaq li Ikhtiraq al-Afaq, menjadi tulisan yang sangat terkenal dan menjadikannya salahsatu ilmuwan yang disegani di dunia. Bahkan, tulisan Al-Idrisi di bidang botani juga dikenal luas oleh para ilmuwan.
Peta Dunia Karya Idrisi
Peta-peta pada masa sebelumnya berisi sedikit informasi, sedangkan informasi mengenai garis pantai, pelabuhan, perairan hanya diketahui oleh para pelaut. Sedangkan, para informasi dari para penjelajah hanya sedikit dimasukkan ke dalam peta yang oleh pihak gereja cenderung mengandalkan tradisi dan cerita mitos. Hal ini yang menyebabkan Raja Roger II mengutus Idrisi untuk mengumpulkan dan mengevaluasi berbagai macam pengetahuan geografi yang ada, baik dari buku maupun pengamatan langsung lapangan. Selanjutnya mereka membuat gambaran mengenai permukaan bumi. Tujuan yang lebih bersifat saintifik ini yakni ingin menyuguhkan pengetahuan kontemporer mengenai bentuk fisik bumi. Idrisi dalam hal ini menjadi sekretaris dan bertugas mengumpulkan berbagai macam informasi mengenai dunia luar termasuk batas, iklim, jaringan jalan, sungai, dan garis pantai.

Pelayaran di wilayah-wilayah dengan informasi yang minim pun dilakukan. Para ahli gambar dan kartografer mendampingi pelayaran ini sehingga dapat memperoleh gambaran visual mengenai wilayah negara yang dikunjungi. Selama penelitian ini, Idrisi dan Roger membandingkan data, mengumpulkan fakta dari berbagai data termasuk mengeliminasi informasi yang tidak relevan. Butuh waktu selama 15 tahun hingga pada akhirnya penelitian tersebut selesai, dan untuk pertama kalinya Idrisi menginstuksikan untuk membuat peta dunia pada sebuah lempeng yang terbuat dari perak dengan diameter mencapai 80 inchi dan berat lebih dari 300 pon. Idrisi menerangkan bahwa lempengan ini merupakan gambaran dari bentuk permukaan bumi, yang diyakini berbentuk bulat dan diselimuti atmosfer. Bahkan setelah Roger meninggal pada usia 58 tahun, Idrisi melanjutkan pemetaan bersama Raja William dan menghasilkan peta lengkap pada tahun 1161 M.

Hal yang membedakan cara kerja Idrisi dengan ilmuwan Latin pada masa itu adalah metode saintifik yang dikembangkan Idrisi dalam pembuatan peta. Disisi lain, kekayaan informasi yang ada dalam peta tersebut. Metode yang dikembangkan Idrisi banyak dipuji ilmuwan-ilmuwan lain dan banyak menginspirasi para peneliti pada masa itu. Ilmu-ilmu matematika, astronomi juga berkembang dari proses pengamatan dan pengkajian secara mendalam.

Bagaimanapun saat peta telah menginspirasi para penjelajah tentunya akan membawa dampak terhadap alur perdagangan antar negara. Dan pada akhirnya manusia memahami bahwa bumi ini sangat sempit dan ditinggali oleh berbagai suku bangsa dengan keunikan budaya masing-masing.
(awn)