GIS for health |
Lagi-lagi saat ini GIS telah menjangkau
ranah ilmu lain. Bidang kesehatan yang juga terkait dengan permasalahan
lingkungan menjadi sebuah hal yang bagi GIS dapat dimasuki lewat kemampuan
memetakan berbagai parameter lingkungan yang berhubungan dengan penyebaran
penyakit, fasilitas kesehatan, dan bahkan memprediksi kejadian penyakit di masa
yang akan datang. Hubungan timbal balik keruangan ini menjadi kajian yang
menarik bagi berbagai pemerhati kesehatan ataupun para geographer yang tengah
menggeluti pemetaan dengan menggunakan GIS.
Bukan hal yang baru sebenarnya
pengunaan GIS dalam bidang kesehatan. Kajian geografi kesehatan dalam hal ini
diarahkan dalam mengidentifikasi tiga komponen terkait yakni geografi penyakit,
geografi pelayanan kesehatan dan geografi ilmu gizi. Tiga komponen ini yang
setidaknya hingga saat ini berkembang secara sporadis khususnya dengan
memanfaatkan aplikasi GIS yang ada. ArcGIS contohnya dapat menjadi tools yang
sangat powerful dalam menyuguhkan berbagai analisis, hingga permodelan ruang
waktu kejadian penyakit yang terkait dengan pola penyebaran penyakit. Geografi
dalam hal ini berperan penting dalam surveillance, intervensi kesehatan, dan
memberikan rekomendasi strategi pencegahan, dan penyelesaian sebuah kejadian
penyakit.
Analisis spasial dalam hal ini
memberikan sumbangan luar biasa dalam investigasi epidemiologi. Kemampuan
memetakan patologi penyakit yang terkait dengan permasalahan lingkungan dapat
diintepretasikan melalui data spasial yang juga dapat dikombinasikan dengan data
statistik kesehatan yang dipublikasikan oleh dinas terkait ataupun menggunakan citra satelit yang tersedia secara gratis.
Sebuah contoh yang sering menjadi cerita sukses pemanfaatan peta untuk kajian kesehatan adalah wabah kolera di distrik Broadwick yang dianalisis oleh seorang fisikawan bernama John Snow (1813-1858) dengan menggunakan peta sebaran pengidap kolera yang dikaitkan dengan keberadaan sumur yang tercemar. Kisah tersebut menjadi sebuah awal berkembangnya ilmu geografi kesehatan.
Sebuah contoh yang sering menjadi cerita sukses pemanfaatan peta untuk kajian kesehatan adalah wabah kolera di distrik Broadwick yang dianalisis oleh seorang fisikawan bernama John Snow (1813-1858) dengan menggunakan peta sebaran pengidap kolera yang dikaitkan dengan keberadaan sumur yang tercemar. Kisah tersebut menjadi sebuah awal berkembangnya ilmu geografi kesehatan.
File latihan GIS John Snow dapat didownload disini
Disisi lain pengembangan GIS untuk
pemetaan fasilitas kesehatan tengah marak. Hal ini memberikan angin segar bagi
para penggiat geografi, khususnya para gisser yang menyukai tantangan. Peran
dan kontribusi dalam melahirkan ide segar untuk mengkaitkan parameter
lingkungan dengan berbagai jenis penyakit masih sangat dibutuhkan. Kajian
penyakit tropis yang terus dikaji oleh berbagai pakar akan memerlukan
pendekatan geografi untuk melihat penyakit dari sudut pandang yang berbeda.
Dari sebuah peta akan terlihat sebuah pola, dari atas peta kita bisa membaca
dunia.
terima kasih ini sangat membantu buat org" yang terkena penyakit tersebut ...mantap
ReplyDeletehttp://sistes.google.com/mahasiswa.atamaluhur.ac.id/rangga
http://rangga.mahasiswa.atmaluhur.ac.id/
saya baru tau ternyata gis bisa juga sebagai alat deteksi menerawang sebuah penyakit menggunakan arcgis. terimakasih gan
ReplyDeleteoh iya gan jika berkenan boleh kunjungi website kampus saya ya http://www.atmaluhur.ac.id/
dan juga website saya https://waypart.mahasiswa.atmaluhur.ac.id/
geografi penyakit, geografi pelayanan kesehatan dan geografi ilmu gizi saya baru tau bahwa ilmu gis bermacam-macam dan sangat berguna.
ReplyDeletekunjungi blok saya ya!!!
http;//sistes.google.com/mahasiswa.atmaluhur.ac.id/arie
kunjungi blok kampus saya ya!!!
http;//arie.mahasiswa.atmaluhur.ac.id/